Senin, 30 Desember 2019

Jalan Pasteur di Phnom Penh - Cambodia

Jalan Pasteur @Phnom Penh

Perjalanan kedua ini lah saya melihat jalan yang ada sama namanya di Indonesia, dulu waktu saya ke London, ada Jl. Sumatera. Konon ceritanya nama jalan itu dinamai oleh orang yang pernah dari Indonesia atau orang Indonesia yang memang akhirnya tinggal disana gitu lah... tapi akhirnya jadi ada jalan sumatera, sempat mampir dan foto dinama jalan tersebut.

Untuk sekarang, Jalan Pasteur terpampang di tepi jalan dekat dari Hotel Record tempat kami menginap... karena unik lucu dan teringat dengan daerah Pasteur di kota Bandung, maka tidak mau ketinggalan, bidik dulu deh mumpung juga ada tulisan dalam tulisan huruf Cambodia... jadi ketauan kan bukan di Bandung ini hahaha.......


@London
Melihat kehidupan masyarakat Phnom Penh, rasa-rasanya maju juga... seleranya juga ok, cucok deh sama yang saya rasakan, entah apa karena cuma 3 hari 2 malam di kota ini jadi tidak berasa bosan atau belum bosan? 
Masih banyak juga yang belum terkunjungi dengan waktu singkat itu... masih pengen sebenernya mengeksplore Aeon Mall, tapi gak sempat juga ternyata... maksud hati awal mau kongko-kongko disitu tapi tidak keburu....


Saat menyisisir jalan sekitaran The Royal Palace (Istana Kerajaan) ada satu lapangan besar yang banyak sekali terdapat burung dara... wahh serasa di eropa, kami minta berhenti dan menikmati suasana di lapangan tersebut, bermain-main dengan burung dara yang bertengger dan berterbangan disekitar kita... ahh andai saja bisa menangkapnya 1 ekor saja... 

Ada petugasnya yang memberikannya makanan jagung.. jadi seru aja minta sama petugasnya lalu kita sebarin makanannya, wahhhh itu burung dara berterbangan dan mendekat.... bagus banget keliatannya..... jarang soalnya kayak gini, jadi ingat waktu ke Manchester, Amsterdam dan Perth... kami disana juga banyak temui burung dara dilokasi tertentu.. jadi berasa deh Eropanya hahahah....

@amsterdam

@Manchester

Ke pusat jantung kota Phnom Penh, kami mengunjungi The Royal Palace, yaitu istana kerajaan dengan banyak kuil-kuilnya yang bagus... tapi kami tidak masuk ke dalamnya karena pasti harus membutuhkan waktu seharian disitu, sementara kami tidak punya banyak waktu untuk ke tempat lain kalau stay disitu kelamaan... maklumlah perjalanan kita cuma 3 hari 2 malam saja....

Lihat atap-atap kuil yang menjulang tinggi melebih tembok yang mengitari istana sebenernya bikin penasaran untuk masuk melihatnya, untuk masuk dikenakan biaya $10 dan bukan karena biayanya, tapi karena waktu yang tidak memungkinkan.. jadi kita narsis saja di luaran sekitaran istang kerajaan.. .

Dan kami pun heboh sendiri narsis sendiri di jalan yang begitu luasssss tanpa kendaraan apapun. Memang tidak boleh masuk kendaraan jalan tersebut.
Nah lucu deh kami berfoto ala-ala orang merdeka... sampai-sampai orang sekeliling melihat kami tertawa-tawa dan senyum-senyum, bagaimana tidak wong lompat-lompat hanya untuk dapat foto yang serasa lagi terbang di atas udara.. hahaha... tidak kompak lucu ada yang sudah lompat ada yang masih ancang-ancng tapi ada yang sudah kellihatan tinggi sekali...



Sampai berasa encok deh pinggang dan kaki, tapi ada loh yang masih penasaran ibu sama emak untuk lompat bersama setinggi-tingginya.. wkwkwkwk.

Sampai ada yang sudah tuir tapi gak ngaku tuir ikut lompat, alhasil uuhhhh pinggang ku sakit katanya.. wkwkwkwkwk.......

Ini ibu-ibu yang bebas dari kegiatan rutin di rumah yaaa jadi bebas melompat lompat deh....


Ayo mom.. kamu bisa lompat tinggi :)
Puas dengan acara lompat-lompat, kami melanjutkan ke salah satu pasar yang terkenal di Phnom Penh untuk mencari cinderamata untuk dibawa pulang ke Jakarta bagi-bagi untuk teman dan sodara. Masih tebilang pagi tiba disana, jadi masih orang pertama yang datang jadi masih dapat toko yang seger alias penjualnya masih seger belum jutek wkwkwkwk.. kan penjual kalo udah kelamaan bisa jutek, jadi enak kami ngedeprok aja deh, bongkar sana bongkar sini, jongkok sana jongkok sini sanking asyik memilah milih. 

Petugasnya yang fasih berbahasa Indonesia juga jadi dikerubutin sama kami ber 5 hahahaha... sambil angin semilir sepoi-sepoi meniup kami jadi rada ngantuk tapi semangat belanja gitu....


Belanja koleksian, ada lonceng, sendok kecil, hiasan piringan, pin bendera, tas etnik, gantungan kunci, tempelan kulkas, tapi saya plat tidak ketemu... salah satu koleksian saya....

Bagian untuk embak juga dapat loh.. hahaha kaos etnik "I Love Cambodia" dapat juga walau tidak mikirin gimana nanti bagasinya.. karena kan cuma dapat 10 kg kecuali nambah, yaaa nambah biaya lagi....

Memang shooping itu paling menyenangkan, semua urat dan otot menjadi longgar apalagi kalau yang dituju itu dapat dan kesampaian.. tapiiii bisa juga bikin tambah tensi naik kalau gak ada duit hahahaha... yaaaa kalau gak ada duit gak belanja sodara-sodara.... Hobi berbelanja yang tepat dan cermat itu mangasikkan kok bloger.... cobain aja... dulu saya tidak suka belanja... saya hanya berpikir beli makanan kalau perjalanan jauh.. karena takut kalau sakit, jadi jalan jauh harus terus terisi kampung tengah. Tapi ketika mulai mencoba berbelanja ehhhh hati senang happy, ternyata bisa membuat perut tetap kenyang alias lupa makan... sanking asyik berbelanja wkwkwkwkw....

Apalagi kalau yang dibelanjakan adalah untuk orang yang kita kasihi wahhhh makin lupa makan deh... karena belanja penuh dengan cinta...

Tidak terasa berbelanja memakan waktu sekitar 4 jam.. hahahaaa... setelah puas berbelanja, kami melanjutkan perjalanan untuk makan siang. Kami menyerahkan sepenuhnya kepada Mr. Ben Wee untuk merekomendasikan resto apa yang nyaman dan enak.. Dan beliau menyampaikan makan di resto yang menghadap ke sungai Mekong... wahhhh senang sekali, kita pun setuju. Dan perjalanan langsung menuju kesana... melewati jalan protokol kembali saya melihat keindahan kota Phnom Penh ini.

Lihat sungai Mekong jadi ingat sungai Mahakam, Barito di kalimantan. Sungainya lebarnya cukup lebar banget.... udah kayak mau ke laut aja...

Ketika kami duduk diresto ini dan menunggu makanan disiapkan, wahhhh anginnya kencang benerrrr... dengan suhu adem jadi rada mengantuk, lumayan lama juga menunggunya, padahal perasaan kami pesan menu nya hanya 3 macam saja... jadi sambil menunggu kebetulan mbak Wantiny bawa bekel teri kacang jadi kita gado lah itu sampai habis sementara makanan belum kunjung datang juga hahahaha..... Ini lah akibatnya kalau keasyikan belanja sampe lupa segalanya... 

Mulailah makanan keluar satu persatu, petugas resto memperhatikan kami senantiasa, jadi kalau air minum kita habis, segera diisinya kembali. Saat menu pertama datang.. wahhh alamak... porsinya besar sekali, meski hanya kangkung saja tapi banyak betul...
Lalu sup asparagus juga datang wahhhhh mangkuk nya gede banget... sampe tumpeh-tumpeh deh dituang ke mangkuk kami satu persatu. Lalu datang lagi mie seafood, alamak jan... ini juga porsinya besar banget, kita makan tengah, jadi menu yang disajikan memang kita sudah perhitungkan untuk 7 orang, tapi tiap datang makanannya 1 porsi saja sudah lebih untuk 7 orang.. piye iki ??? Mr Ben ketawa saja melihat kita terkaget-kaget tiap menu makanan datang, karena itu tadi besar sekali menunya.. seingat saya akhirnya makanan yang keluar itu 5 menu... padahal perasaan tadi cuma pesan 3 menu, alhasil kami hanya bisa tertawa lebar saja karena sambil makan sambil mikir gimana menghabiskannya.. wkwkwkwkwk.. tapi saya cocok dengan bumbu yang digunakan, tidak terlalu asin, tidak manis, tapi gurih yang saya tau ini dari rempah-rempah yang digunakan, mereka suka sekali jahe, jadi rasanya pedes-pedes manis gimanaaaa gitu....
Dan tidak terasa, ternyata bersisa sedikit saja, kami pun bingung kok bisa termasuk habis ya??? sempat berdiskusi karena makanannya segar, panas, bumbunya tidak bermetchin, benar-benar asli dari sayur dan ikannya... makanya gak berasa enek. Wah senang juga deh gak bersisa banyak. Dan terakhir disuguhi buah segar dingin... maknyus....

Selesai dari makan siang, kami melanjutkan perjalanan, melihat sepanjang perjalanan tiap di persimpangan kota Phnom Penh membuat tugu, atau bangunan etnik seperti kuil tapi bukan kuil, yaaa patung-patung unik budha, jadi kita penasaran mau berfoto disitu, jadi driver tiap menemukan perimpangan, berhenti dan kami pun mulai narsis ria, dan ini lah hasilnya....


Beginilah kenarsisan kami, setiap momentum jangan sampai terlewatkan deh.. nanti rugi loh karena belum tentu juga akan datang kembali ke kota ini.

Persimpangan salah satu adalah Budha Tersenyum, dibuat unik dengan sisi 4 yang dibangun sama seperit pintu gerbang menuju wajah Budha. Jadi ada wajah Budha juga dibuat 4 sisi sehingga jika masuk menuju jalan yang utara, barat, timur dan selatan bisa melihat wajah Budha tersenyum.

Bangunannya yang dibuat seperti dari batu kali tanpa di cat membuat bangunan ini tampak seperti asli dari jaman purbakala... membuat keasrian dari patung tersebut.


Berbeda lagi di persimpangan lain yang dibuat patung dari warna keemasan dengan bangunan warna merah, perpaduannya bagus juga... ini juga cakep untuk bernarsi ria.. dibuat dengan design air mancur di kolam, tapi kolamnya lagi tidak ada air mancurnya, karena sore hari.. disekelilingi dengan taman rerumputan yang dibuat bersih. 

Berbentuk melingkar bangunan patungnya dengan sisi-sisi tertentu patung keemasan jadi mau berfoto dari arah mana saja bisa, enak nie kayak gini gak rebutan sama turis lain kalo lagi mau foto, karena akses berfoto dengan patungnya banyak..... 


Selanjutnya driver melanjutkan perjalanan menuju kuil Ounalum, disana kalau saya lihat malah kayak nuansa India.. hahaha.. biasa nonton film india sih ya.... jadi berasa ada di India. Kuil nya lengkap dengan gong, patung budha dan beberapa kereta. Kompleks kuil cukup luas... jadi kami berfoto-foto dihalaman pekarangan kuil saja.


Setelah puas berfoto di kuil ini, perjalanan kami lanjutkan, dan kami minta kalau ketemu mart swalayan bisa berhenti.. mau apa coba.. yaa mau cari cemilan tau makanan yang bisa dibawa pulang gitu lah.. akhirnya kami ketemu dan mampir untuk memcari cemilan khas Phnom Penh.. ehhh malah ketemu kopi. Saya baru ingat kalau Cambodia ini juga terkenal dengan kopinya sama seperti Veitnam.. alhasil saya langsung mencari kopi asli tradisional dari Phnom Penh, Mr. Ben merekomendasikan Mondulkiri, kopi asli yang berasal dari propinsi Mondulkiri.

Dari kopi bubuk hitam sampai dengan kopi instan dengan gula saya beli. Dan lumayan ada yang jastip juga sih.. jadi asyik deh belanja kopi, ingat juga yang dirumah, di kantor, di gereja peminum dan pecinta kopi, saya belikan sebagai buah tangan.



Lihat aneka variant nya, ada hitam, merah dan maroon semua itu kopi bubuk dan berhubung saya tidak bisa terjemahkan tulisan cacingnya itu jadi yaaa dikira-kira lah, mungkin maksudnya kopi robusta, dan bukan robusta hahahaha.....

Dan bahkan ada juga kopi yang digiling masih agak kasar, dikemas dengan bahan kertas/kardus, saya pun membelinya, mau mencoba tiap masing-masing jenis itu apa rasa sensasinya kira-kira hahaha.... 




Kopi instannya plus sugar juga saya beli, nah mbok gak ya itu belinya.. kebayang dong berapa bagasi nya? hedeh.. inilah penyakitnya kalau hobi belanja..

Tapi sudah saya siapkan sih tas besar yang saya lipat di koper, nanti tinggak dibuka menjadi tas beranak.. hahahaha.....

Betul-betul kopi nikmat, kalau diseduh ampunnn itu harum kopinya bisa terciap dari kejauhan 20m.. hahahahaaaaaa
Harumnya itu sangat menyengat.. membuat orang mencari siapakah yang menyeduh kopi... nikmat betul rasanya pengen gak habis kopinya... wkakakakakaka,...
Sambil memburu kopi, akhirnya dapat juga cemilan khas asli buatan Phnom Penh, tapi ternyata cukup mahal untuk khusus product Phnom Penh.... tapi ya sudahlah pilihan jatuh ke dodol pisang, tap lucu tulisannya disbut candy banana, hahhaha kalau di Indonesia itu bentuk dodol, warna hitam... tapi mereka menyebutnya candy....

Selain saya juga beli permen khas buatan Phnom Penh, rasanya tidak tau karena belum coba, setelah puas berbelanja di mart maka perjalanan pun dilanjutkan, penasaran sama kopi lokal yang disebut-sebut oleh Mr. Ben, maka kami minta di drop ke kopi tersebut karena hari sudah lewat dari jam 5 sore.

Oh iya...tidak ada perbedaan waktu antara Phnom Penh dengan Jakarta loh.... jadi kami tidak terlalu sibuk menyesuaikan jam tangan dengan jam lokal Phnom Penh.











Tidak ada komentar:

Posting Komentar