Rabu, 08 Mei 2013

your face

bukan cerita bersambung atau puisi bersambung,
bukan kebetulan atau disengaja,
jika dalam blog ku ini pernah ada,
postingan "your voice"

mengenal dari suara saja,
boleh dong mengenal dan memahami wajahnya,
gurat wajah dan lekukannya untuk dia,
yang dikenal dan dikenang,
ingin tangan meraba nya,
menjamah kelok demi keloknya,

diseputar lapangan terbangnya alias keningnya,
disisi-sisi pipi kanan dan kirinya,
dijendulan tepat ditengah wajahnya,
yang lebih diakrab sebutan hidung, tentunya...
terus menurun pada lipatan dagunya yang halus,

ku punya siluetmu, yang utuh tersimpan,
kok bisa ? dari mana ?
Oooo... tentu siluetmu yang rapih tersimpan dalam memori ku :)
jika ku bayangkan your face dengan alam pikiranku,
dapatlah bentuk siluet wajah mu, persis, tak mungkin keliru
ingin tau bentuknya ? so pasti bisa diprint yang keluar dari hati ku
hahaaaa..... hasil print siluetmu, mengalir ke seluruh tubuh
dibawa oleh segumpal cairan darah merah... 


penasaran ? jangan ach... kau tau bentuk rupa wajah mu,
jadi bercerminlah untuk tau rupa mu,
acchhh wajah mu yang selalu menjadi kenangan,
achhh wajah mu yang selalu ingin ku tatap selalu,
achhh wajah mu yang selalu menempel dalam ingatanku,
achhh wajah mu yang tak kan ku lupakan,
achhh wajah mu.. acchhh wajah mu... achhh wajah mu...
sekali lagi.. acchhh your face.... menggemaskan !!!


he is so good to me

Menjadi orang yang baik pasti impian semua orang. Siapapun ingin menjadi orang baik, pasti akan dikenang, dirindukan oleh orang lain. Meskipun faktanya, semakin ingin menjadi orang baik, justru tetap saja hal yang buruk, yang tidak baik, itu yang kita lakukan, hingga tidak dipungkiri kita jatuh dan jatuh lagi dilubang yang sama. Tidak mudah melakukan yang baik, tidak gampang mempraktekan hal yang baik walupun komitmen ingin selalu menjadi orang yang baik.

Harimau mati meninggalkan belang, manusia mati meninggal kan nama. Demikian pribahasa yang biasa kita dengar. Namun, manusia mati meninggalkan nama, itupun belum titik, masih koma :) nama yang bagaimana yang ditinggalkan, nama baik atau nama buruk ?

Sesuatu yang dikenang indah, pasti yang baik-baik. Jadi ketika kita senantiasa baik, bertahan sampai pada akhirnya, pasti akan selalu dikenang, lebih dari itu menjadi teladan/model.

Bicara tentang orang yang baik, Saya punya segudang orang yang baik terhadap saya, walau tidak sedikit juga yang jahat pada saya.
Lebih happy mengenang kebaikan orang lain pada saya ketimbang mengenang kejahatan orang yang sudah dilakukan terhadap saya. 
Terlepas orang yang memang benar-benar special (yang sudah pasti masuk dalam kategori baik dunks...) dan orang-orang sekeliling kerabat, sahabat, teman atau rekan-rekan, semua memberikan inspirasi untuk saya juga bisa menjadi orang yang menyenangkan.

Seseorang yang selalu terkenang dalam pikiran saya, dia menjadi inspirasi saya melakukan banyak hal, terkadang ingin selalu "lapor" padanya untuk setiap rencana atau hasil yang telah saya kerjakan. Tidak jarang juga ingin berdiskusi dengannya untuk mendapatkan hasil maksimal untuk sesuatu yang baik. Ada saja ide yang ingin saya utarakan, tapi apa mau dikata, tidak selalu "tersedia" untuk ditemui atau diajak komunikasi.. harap maklum, katanya sibuk urusin client.. haaaaaa....
Ketika ada waktu luang lalu chat, taulah saya sudah sampai dimana dia melakukan ini itu yang baik tentunya, dan selalu saya punya dorongan untuk juga melakukan kebaikan meskipun untuk dunia-nya saya, bukan dia :)
Menjadi orang yang baik, itu sudah pasti seruan yang maha kuasa. Bukan untuk tujuan tertentu agar mendapat berkat-Nya, tapi karena memang sudah seharusnya kita melakukan hal yang baik karena sumber yang kita punyai yaitu yang maha kuasa itu sendiri notabene adalah baik.
Omong kosong, jika kita bisa katakan Tuhan itu baik, tapi kita tidak bisa melakukan hal yang baik. Meskipun bukan 100% kita lakukan yang baik. Karena siapakah kita bisa  melakukan 100% kebaikan ? hanya Tuhan saja yang mampu melakukan hal yang baik 100% bahkan 1000%

Apa ya ukuran kebaikan yang manusia lakukan ? apakah pujian ? atau upah ini dan itu ? atauuuuu.... pengakuan kanan kiri ? atau kemudahan-kemudahan yang kita terima dari orang lain ? atau apa yaaa......

Ternyata kebaikan yang kita lakukan dimana memang sudah seharusnya kita melakukannya karena kita adalah mahluk Tuhan yang berbudi pekerti, walau dalam keterbatasan manusia, untuk kebaikan yang kita lakukan, dimana dalam keterbatasan tersebut, tetap saja insert-nya hal yang tidak baik muncul disela-sela kehidupan kita. Tetap ada "tanda" atau ukuranlah buat kita, meskipun tidak diukur oleh diri sendiri. Bagaimanakah kita bisa mengukur tau mendapatkan tanda atas kebaikan yang kita buat itu. Akan menjadi tidak objektif ketika kita menghitung atau mengira-ngira kebaikan yang kita buat, karena tetap berujung pada hal yang tidak baik yang kita dapati, yaitu kesombongan belaka.
So... ukuran atas kebaikan kita adalah: buah...

Pohon dikenal dari buahnya, ketika pohon berbuah durian barulah kita tau bahwa pohon tersebut adalah pohon durian, atau ketika pohon lain berbuah tomat, maka kita tau bahwa pohon tersebut adalah tomat. Dan tidak cukup sampai disitu, buah apa yang dihasilkian, buah masam, hambar, atau manis ??
Tentunya semua berkeinginan buah yang manis yang didapat, nah demikian juga kebaikan-kebaikan kita, biar lah orang lain yang mengukurnya seberapa banyak buah yang kita hasilkan dan seberapa rasanya buah tersebut..... bukan kita yang menilai, bukan kita yang mengukur, karena kebaikan yang kita lakukan, lakukan saja tanpa mengira atau menghitung seberapa dampak kebaikan kita lakukan untuk orang lain, kalau seperti itu sama saja kita melakukan kebaikan dengan pamrih, perlu balas jasa dan sebagainya.

Lebih enak menikmati kebaikan diri sendiri dengan ketulusan hati, kebaikan yang kita buat dengan tulus, tidak bikin pusing kepala bagaimana kita bisa menerima kembali upah atas kebaikan kita. Kalau seperti itu yang terjadi.. ampun dj... pyusying deh malah mikirin berapa timbal baliknya, dan itu sama saja boong....

Kenanglah kebaikan orang lain terhadap kita, maka itu akan menyejukan hati dan membuat kita untuk terpacu agar bisa menjadi lebih baik. Selamat menjadi orang yang baik.....




















Senin, 06 Mei 2013

tulus memberi

Satu ketika di sebuah panti diadakan acara natal yang sederhana. Panti yang diisi oleh anak-anak seumuran SD. Pada acara tersebut, seperti biasa, sering datang sekelompok organisasi dengan berbagai macam nama datang berkunjung.

Kali ini, organisasi gereja datang berkunjung. Ada beberapa kegiatan yang dilaksanakan, hingga satu acara mengharuskan seorang anak laki-laki dipanggil maju kedepan. Spontan ketika anak ini maju, semua anak-anak bertepuk tangan sambil berterik: bencong...bencong...bencong...bencong...

Entah apa latar belakang hingga semua anak meneriaki anak laki-laki ini dengan "bencong"
Satu pemuda dari pengunjung rupanya penasaran. Ia berpikir apa yang membuat anak lelaki ini diteriaki bencong, namun dirinya tak canggung, marah atau gusar. Anak ini tetap santai dan menganggap biasa seolah teriakan itu tidak ada.

Pemuda ini lalu menghampiri anak laki-laki tersebut, dengan pendekatannya, ia pun menanyakan mengapa anak ini diteriaki bencong.
Dengan kepolosan dan antusias, si anak menceritakan kejadiannya, begini:

Satu ketika di panti dilakukan suatu kegiatan semacam lomba/permainan. Dan anak laki-laki ini menang dalam permainan tersebut, hadiah ia terima. Lalu dibukanya hadiah tersebut dan ternyata anak laki-laki ini mendapat sebuah boneka Barbie.
Ketika diketahui hadiah itu adalah boneka Barbie, lalu salah satu anak perempuan memintanya dan berkata: untuk saya saja bonekanya, itu kan boneka barbie, buat perempuan.
Tapi anak laki ini tidak mau memberikannya. Hingga terjadi permintaan paksa dan tekanan dari anak-anak lainnya agar boneka barbie diberikan saja pada anak perempuan yang memintsnya. Tapi tetap, anak laki yang mendapat hadiah boneka barbie tersebut tidak mau memberikannya. Ia tetap pada pendiriannya.
Sampai sang guru di panti menghimbau juga agar diberika pada anak perempuan, tetap tidak diberikan.

Pemuda ini mendengar cerita anak lelaki ini dengan seksama, lalu pemuda menanyakan mengapa tidak mau memberikan boneka tersebut.

Anak lelaki ini mulai bercerita bagaimana kehidupan keluarganya. Anak ini katakan, dia memiliki 3 bersaudara. Namun karena kehidupan ekonominya yang tidak mencukupi, orang tuanya memutuskan menyebar 3 anaknya. Ada yang dititipkan di keluarga satu dan keluarga lain serta di panti. Dan setiap periode tertentu ketiga anak berkumpul bersama orang tua nya. Salah satu saudara anak laki-laki ini, tepatnya adalah adiknya yaitu seorang perempuan.
Dan saat anak lelaki ini menerima hadiah dan membukanya, didapati boneka barbie, serta merta ia teringat adik perempuannya dan ia akan memberikannya kepada adiknya begitu mereka pulang ke rumah untuk bertemu.
"aku mau kasih boneka ini untuk adik ku, kak..... minggu depan aku pulang  dan kami bertemu..." demikian anak ini bercerita dengan bangganya bahwa ia akan pulang membawa sesuatu pemberian untuk adiknya.

Harga yang dibayar mahal oleh anak laki-laki ini, untu sebuah pemberian yang tulus diberikan untuk adiknya, dengan ejekan/terikan bencong... bencong... bencong...Dia setia menunggu hari yang ditunggu-tunggu tiba yaitu hari pertemuan dengan adiknya yang di kasihinya untuk segera bisa memberikan boneka barbie yang ia dapatkan yang disertai ejekan bencong di hari yang sama seketika itu juga hadiah diterimanya.

Sudahkah kita seperti anak kecil ini yang tulus memberi sekalipun cukup mahal harga yang dibayarnya dengan ejekan/hinaan yang dilontarkan padanya?

(seperti yang diceritakan K' Jem)

Rabu, 01 Mei 2013

pertolongan ku

ku melayangkan mataku  ke gunung-gunung,
darimanakah kan datang pertolonganku,
pertolonganku datangnya dari Tuhan...
yang menjadikan semesta,
Dia tak kan membuat kaki ku goyah,
penjaga ku tak akan terlelap,
Dia tak kan terlelap Dia tak kan terlena,
Dia menjaga ku dengan setia,
mentari siang tak kan menyakitiku
dan juga bulan di waktu malam,
Tuhan lah yang menjaga ku dari segala bahaya,
Tuhanlah yang memeliharakan nyawaku,
Tuhanlah yang membimbing ku senantiasa,
dari sekarang sampai selamanya.....
aku bersuka la... la.... la...
aku bergembira la... la... la
sempurnalah sukacita ku