Sabtu, 03 Agustus 2013

ketika daun tak marah pada angin yang membuatnya rontok jatuh ke tanah

Hidup misteri, dan hidup adalah sebuah perjalanan panjang, ia seperti mata rantai yang menyambung dari pangkal hingga ujungnya. Menyikapi hidup itu lebih penting, karena kita akan lebih bijak mengisinya.

Alkisah adalah seorang pemuda yang begitu energic, bersemangat, gesit dan cukup cerdas, ia mengisi harinya dengan tujuan goal yang jelas. Begitu sangat dapat diandalkan, hingga menjadi bagian yang bisa jadi menentukan, betapa tidak, ketika sisi lain terpuruk, ia gigih berusaha untuk menutupinya sampai-sampai iw lupakan penyakit bawaannya yang suka kambuh dan sedikit mengganggunya. Tapi kegigihannyan menumbangkan sakit bawaannya hingga tak dirasakannya. Memang luar biasa gigihnya pemuda ini.
tapi entah mengapa perubahan demi perubahan yang terjadi di sekelilingnya membuatnya frustasi, visi misinyabtak lagi seideal sebelumnya, kegalauan demi kegalauan merasukinys hingga membuat dirinya tak sehebat dulu. Prinsip hidup mulai luntur, keegoisannya kini lebih nampak. Melihat potret diri semakin kabur, demikian perasaannya diungkap, hingga yang menatapnya mengatakan "sayang sekali...."

Kecewa dengan perubahan yang begitu dinamis, tak sadar nembuat pemuda ini tak memperkuat pertahanan diri, hingga akhirnya gala menghampirinya, dan mencari jalan keluar dari kegalauan ini pun menjadi hantam kromo. Asyik dengan dunianya sendiri, bak autisme saja pemuda menjalani hidupnya. Hingga satu ketika, disaat benteng itu tak terjaga dengan kokoh akhirnya rubuh juga Benteng pertahanan diri ini adalah kekuatan jasmani dan rohaninya.

Asyik dengan dunianya sendiri membuat pemuda ini terseret jauhhhh.... seperti menunggu bom meledak saja. Dan..... buummmm.... saat bom itu meledak, ia tak kuasa menghindarinya. Emosi dan kegeraman, itu yang merajalela menguasai dirinya.... miris memang.
Nasi sudah menjadi bubur, sesal kemudian tak ada guna. Jeoutusan yang telah diambil harus dapat dioertahankan, sekalipun itu salah. Janganlah menjilat ludah sendiri yang telah dibuangnya, demikian kata bijak merumuskannta.

Perbaiki diri dan jylitas hidup di kemudian hari jauh kebih bijak ketimbang meratapi diri. Ambil langjah tentujan tekad vulat menapaku hari di depan, karena hari berjalan bergulir terus.Toch tak pernah daun marah pada angin ketika ia rintok jatuh ke tanah lantaran ditiup oleh angin.

Berpikir dan bertindaklah lebih bijak.