Rabu, 08 Mei 2013

he is so good to me

Menjadi orang yang baik pasti impian semua orang. Siapapun ingin menjadi orang baik, pasti akan dikenang, dirindukan oleh orang lain. Meskipun faktanya, semakin ingin menjadi orang baik, justru tetap saja hal yang buruk, yang tidak baik, itu yang kita lakukan, hingga tidak dipungkiri kita jatuh dan jatuh lagi dilubang yang sama. Tidak mudah melakukan yang baik, tidak gampang mempraktekan hal yang baik walupun komitmen ingin selalu menjadi orang yang baik.

Harimau mati meninggalkan belang, manusia mati meninggal kan nama. Demikian pribahasa yang biasa kita dengar. Namun, manusia mati meninggalkan nama, itupun belum titik, masih koma :) nama yang bagaimana yang ditinggalkan, nama baik atau nama buruk ?

Sesuatu yang dikenang indah, pasti yang baik-baik. Jadi ketika kita senantiasa baik, bertahan sampai pada akhirnya, pasti akan selalu dikenang, lebih dari itu menjadi teladan/model.

Bicara tentang orang yang baik, Saya punya segudang orang yang baik terhadap saya, walau tidak sedikit juga yang jahat pada saya.
Lebih happy mengenang kebaikan orang lain pada saya ketimbang mengenang kejahatan orang yang sudah dilakukan terhadap saya. 
Terlepas orang yang memang benar-benar special (yang sudah pasti masuk dalam kategori baik dunks...) dan orang-orang sekeliling kerabat, sahabat, teman atau rekan-rekan, semua memberikan inspirasi untuk saya juga bisa menjadi orang yang menyenangkan.

Seseorang yang selalu terkenang dalam pikiran saya, dia menjadi inspirasi saya melakukan banyak hal, terkadang ingin selalu "lapor" padanya untuk setiap rencana atau hasil yang telah saya kerjakan. Tidak jarang juga ingin berdiskusi dengannya untuk mendapatkan hasil maksimal untuk sesuatu yang baik. Ada saja ide yang ingin saya utarakan, tapi apa mau dikata, tidak selalu "tersedia" untuk ditemui atau diajak komunikasi.. harap maklum, katanya sibuk urusin client.. haaaaaa....
Ketika ada waktu luang lalu chat, taulah saya sudah sampai dimana dia melakukan ini itu yang baik tentunya, dan selalu saya punya dorongan untuk juga melakukan kebaikan meskipun untuk dunia-nya saya, bukan dia :)
Menjadi orang yang baik, itu sudah pasti seruan yang maha kuasa. Bukan untuk tujuan tertentu agar mendapat berkat-Nya, tapi karena memang sudah seharusnya kita melakukan hal yang baik karena sumber yang kita punyai yaitu yang maha kuasa itu sendiri notabene adalah baik.
Omong kosong, jika kita bisa katakan Tuhan itu baik, tapi kita tidak bisa melakukan hal yang baik. Meskipun bukan 100% kita lakukan yang baik. Karena siapakah kita bisa  melakukan 100% kebaikan ? hanya Tuhan saja yang mampu melakukan hal yang baik 100% bahkan 1000%

Apa ya ukuran kebaikan yang manusia lakukan ? apakah pujian ? atau upah ini dan itu ? atauuuuu.... pengakuan kanan kiri ? atau kemudahan-kemudahan yang kita terima dari orang lain ? atau apa yaaa......

Ternyata kebaikan yang kita lakukan dimana memang sudah seharusnya kita melakukannya karena kita adalah mahluk Tuhan yang berbudi pekerti, walau dalam keterbatasan manusia, untuk kebaikan yang kita lakukan, dimana dalam keterbatasan tersebut, tetap saja insert-nya hal yang tidak baik muncul disela-sela kehidupan kita. Tetap ada "tanda" atau ukuranlah buat kita, meskipun tidak diukur oleh diri sendiri. Bagaimanakah kita bisa mengukur tau mendapatkan tanda atas kebaikan yang kita buat itu. Akan menjadi tidak objektif ketika kita menghitung atau mengira-ngira kebaikan yang kita buat, karena tetap berujung pada hal yang tidak baik yang kita dapati, yaitu kesombongan belaka.
So... ukuran atas kebaikan kita adalah: buah...

Pohon dikenal dari buahnya, ketika pohon berbuah durian barulah kita tau bahwa pohon tersebut adalah pohon durian, atau ketika pohon lain berbuah tomat, maka kita tau bahwa pohon tersebut adalah tomat. Dan tidak cukup sampai disitu, buah apa yang dihasilkian, buah masam, hambar, atau manis ??
Tentunya semua berkeinginan buah yang manis yang didapat, nah demikian juga kebaikan-kebaikan kita, biar lah orang lain yang mengukurnya seberapa banyak buah yang kita hasilkan dan seberapa rasanya buah tersebut..... bukan kita yang menilai, bukan kita yang mengukur, karena kebaikan yang kita lakukan, lakukan saja tanpa mengira atau menghitung seberapa dampak kebaikan kita lakukan untuk orang lain, kalau seperti itu sama saja kita melakukan kebaikan dengan pamrih, perlu balas jasa dan sebagainya.

Lebih enak menikmati kebaikan diri sendiri dengan ketulusan hati, kebaikan yang kita buat dengan tulus, tidak bikin pusing kepala bagaimana kita bisa menerima kembali upah atas kebaikan kita. Kalau seperti itu yang terjadi.. ampun dj... pyusying deh malah mikirin berapa timbal baliknya, dan itu sama saja boong....

Kenanglah kebaikan orang lain terhadap kita, maka itu akan menyejukan hati dan membuat kita untuk terpacu agar bisa menjadi lebih baik. Selamat menjadi orang yang baik.....




















Tidak ada komentar:

Posting Komentar